Beranda | Artikel
Kemampuan Manusia Untuk Memilih dan Berbuat
Senin, 19 Februari 2024

Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Taslim

Kemampuan Manusia Untuk Memilih dan Berbuat adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Kitab Al-Fawaid. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah TaslimM.A. pada Kamis, 5 Sya’ban 1445 H / 15 Februari 2024 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Kemampuan Manusia Untuk Memilih dan Berbuat

Ada penyimpangan yang dipahami oleh sebagian orang, contohnya seperti orang-orang Jabriah yang memahami bahwa manusia, ketika mengamalkan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, ketaatan tersebut tidak bermanfaat baginya. Mereka tidak bisa melakukan sebab untuk menyelamatkan dirinya atau melakukan sebab untuk mendapatkan kebaikan dari sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka mengatakan bahwa semua perbuatan manusia hanya bisa mengikuti apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala tentukan tanpa bisa memilih. Manusia semua dipaksa seperti robot yang tidak punya pilihan, tidak punya kemampuan untuk berbuat. Ini jelas merupakan pemahaman yang sangat menyimpang dari aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Sebagaimana kebalikannya, adalah orang-orang yang menolak atau meniadakan takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Adapun Ahlus Sunnah wal Jama’ah meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menakdirkan segala sesuatu. Ahlus Sunnah wal Jama’ah meyakini manusia diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kemampuan untuk memilih dan berbuat, meskipun semua pilihan manusia itu mengikuti pilihan Allah Subhanahu wa Ta’ala, tapi bersamaan dengan itu Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan kitab-kitabNya, mengutus para nabi dan para rasulNya untuk mengajarkan kepada manusia jalan atau sebab yang akan membawa kepada keselamatan dan jalan yang akan membawa kepada kebinasaan. Dan Allah memberikan manusia kemampuan untuk memilih dan berbuat melakukan hal-hal yang mendatangkan kemanfaatan bagi dirinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

“Tidaklah kalian menghendaki sesuatu, wahai manusia, kecuali sesuai dengan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. At-Takwir[81]: 29)

Yakni aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah di tengah-tengah masalah ini.

Di sini, Imam Ibnul Qayyim Rahimahullahu Ta’ala, ketika menjelaskan pembahasan ini, ingin menyebutkan keburukan dari pemahaman Jabriah ini yang mereka sama sekali menafikan kemampuan manusia untuk melakukan sebab, untuk memilih, untuk bisa berbuat, dan menafikan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan sebab yang Allah terangkan di dalam syariatNya, yaitu mengamalkan ketaatan, berdoa, dan berlindung kepada Allah dari sebab-sebab keburukan. Mereka menafikan semua ini. Bahkan, mereka mengatakan, “Ini semua tidak ada artinya dan tidak ada manfaatnya.”

Imam Ibnul Qayyim Rahimahullahu Ta’ala berkata bahwa orang-orang yang jahil, tidak paham tentang Allah, tentang nama-nama dan sifat-sifatNya, yang mereka menolak hakikat dari kandungan nama-nama dan sifat-sifat Allah, mereka menjadikan makhluk justru membenci Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak mencintai Allah. Mereka memutuskan jalan untuk menumbuhkan kecintaan makhluk kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan pemahaman mereka, mereka menjadikan Allah Subhanahu wa Ta’ala itu tidak dicintai lagi oleh makhluk, karena Allah tidak melakukan kebaikan yang bermanfaat bagi makhlukNya. Dan mereka memutuskan sebab untuk makhluk itu bisa mencintai Allah dengan mengamalkan ketaatan kepadaNya dari arah yang mereka tidak ketahui.

Di sini, kita akan menyebutkan beberapa contoh dalam hal ini, supaya bisa dijadikan sebagai perumpamaan. Di antaranya, mereka berusaha memasukkan ke dalam jiwa orang-orang yang lemah, orang-orang yang tidak paham agama, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala itu tidak bermanfaat ketika seseorang mengamalkan ketaatan kepadaNya. Tidak menjadi sebab keselamatan dan dilindungi dari keburukan. Meskipun dia melakukan ketaatan itu dalam waktu yang panjang. Bahkan meskipun seorang hamba bersungguh-sungguh mengamalkan ketaatan, dia melakukannya dengan lahir dan batinnya. Bahwasanya seorang hamba tidak bisa merasa aman dari kemungkinan dijerumuskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala tanpa sebab.

Jadi meskipun orang itu baik dan menjaga ketaatan, tiba-tiba saja Allah bisa menyesatkan dia tanpa ada sebab. Ini yang mereka tanamkan di hati orang-orang yang lemah yang tidak paham agama. Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala bisa saja menjadikan seorang yang taat dan bertakwa dipindahkan dari mihrabnya ke tempat-tempat perbuatan maksiat. Dipindahkan dari yang selalu bertauhid dan berdzikir kepada Allah, mengagungkan Allah, menjadi melakukan perbuatan syirik, dan kemudian bermain musik, melakukan perbuatan yang diharamkan dalam agama. Dan Allah memalingkan hati hamba ini dari yang tadinya beriman dengan keimannya yang murni, kemudian menjadi kufur. Menurut mereka, Allah bisa melakukan itu tanpa sebab.

Jika demikian, orang akan berprasangka buruk kepada Allah. Apakah berarti Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menjaga, melindungi dan membela hamba-hamba yang beriman? Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ يُدَافِعُ عَنِ الَّذِينَ آمَنُوا…

“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membela dan menjaga orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Hajj[22]: 38)

Juga sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang kita kenal, hadits yang shahih:

احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ

“Jagalah Allah, maka Allah akan menjagamu.”

Bagi mereka, ini tidak ada. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menjaga siapapun. Menurut mereka, yang tadinya taat dan bertakwa, langsung dijadikan berubah tanpa ada sebab. Na’udzubillahi min dzalik. Ini pemahaman yang rusak.

Kemudian, untuk mendukung pemahaman ini, mereka meriwayatkan riwayat-riwayat yang shahih, hadits-hadits yang shahih, atau ucapan sahabat, ucapan para ulama Salaf, tapi mereka tidak paham atau salah memahaminya.

Jadi, kita perhatikan di sini, pentingnya kita menimba ilmu harus berdasarkan pemahaman para sahabat Radhiyallahu ‘Anhu Ajma’in. Karena bisa jadi ada yang menjelaskan kepada kita dalil tapi dibawa dengan pengertian yang diinginkannya. Bahkan pengertian yang sangat rusak. Ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits yang shahih yang seharusnya, waktu kita baca, kita akan semakin mengagungkan Allah, semakin memuji Allah, semakin mencintaiNya. Tapi dengan pemahaman yang rusak ini, justru menjadikan kita benci kepada Allah, menjadikan kita bersangka buruk kepadaNya, menjadikan kita bahkan tidak tumbuh rasa cinta kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Na’udzubillahi min dzalik.

Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak penjelasan yang penuh manfaat ini..

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/53928-kemampuan-manusia-untuk-memilih-dan-berbuat/